Berasai dari dua kata AGUNG
dan WALLI dimana dalam makna kata
tersebut memiliki arti buyut yang sakti yang bernama syafi’ei. Pada masa
penjajahan belanda beliau adalah sosok yang menjadi panutan masyarakat karena
kesaktian yang dimilikinya dan beliau adalah seorang yang sangat menjunjung tinggi,
nilai sopan santun dan berbuadaya. Akan tetapi sesuatu yang menarik dalam
budaya sopan dan santun masyarakat adalah logat kultur yang keras, hal tersebut
dikarenakan masyarakat legung adalah masyarakat pesisir.
Pada zaman dahulu terjadilah pertempuran sengit antara nenek
moyang Legung (Gung Walli/Syafi’ei) dengan Raja Bali dalam perebutan putri
mahkota yang konon ceritanya Putri tersebut akan dijadikan permaisuri oleh Raja
Bali, namun oleh karena factor kepercayaan yang berbeda hal tersebut menjadikan
sebuah permusuhan antara kedua belah pihak. Kemenangan Agung Walli terhadap
Raja Bali menjadi kebhagiaan tersendiri bagi masyarakat Legung yang disebabkan
telinga Raja Bali putus di tanganya, dan sampai saat ini symbol kemenangna
Agung Walli terhada Raja Bali dimavestasikan dan jajahan sesajen, dalam bahasa
Legung dinamakan Jajan Kopeng Bali.
Sumber lain mengatakan tentang asala mula Desa Legung Timur
pada zaman nenek moyangnya terdahulu adalah sesepuh yang mempunyai keahlian
lain sebagai pengrajin Gong yang
terkenal oleh daerah luar Desa Legung Timur. Masyarakat luar daerah mengenal
Desa Legung sebagai sebutan daerah tempat pelelangan ikan (TPI).
Sementara Legung terbagi menjadi dua wilayah yaitu Desa
Legung Barat dan Desa Legung Timur, sedangkan daerah lain yang ada disekitarnya
seperti : Desa Jangkong, Desa Dapenda, Desa Bilangan lebih senang menyebut
identitasnya sebagai masyarakat Legung.
Pada umunya masyarakat Legung Timur dan Desa Legung Barat adalah
nelayan dengan mata pencaharian penduduk sebagai pelaut yang sudah merupakan
pekerjaan tetap mereka. Pekerjaan melaut dilakukan pada jam malam untuk
menangkap ikan di laut lepas yang merupakan batas utara Desa Legung Timur dan
Desa Legung Barat merupakan aktivitas keseharian dalam menekuni pekerjaanya
sebagai seorang nelayan. Sebagian pula masyarakat Legung Barat dan
Masyarakat Legung Timur berprofesi
sebagai petani pedagang dan pengusaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar